Tuntunan Agama Islam
Bagaimanakah Sosok Wanita Sholehah Menurut Islam?
Tuntunan Agama Islam - Menjadi Wanita Sholehah merupakan dambaan setiap wanita muslimah. Namun apa dan bagaimana sosok wanita sholehah tersebut dalam pandangan Islam? Wanita adalah makhluq yang unik, Al-Qur-ân menjadikan sosok wanita sebagai contoh figur
kekufuran dan juga sebagai contoh figur keimânan,
sebagaimana disebutkan dalam surah At-Tahrîm
(66):!0:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا امْرأَةَ نُوْحٍ وَ امْرَأَةَ
لُوْطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْن مِنْ
عِبَادِنَاصَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ
اللَّهِ شَيْئًا وَ قِيْلَ ادْخُلاَ النَّارً مَعَ الدَّاخِلِيْنَ
Artinya :
Allâh telah menjadikan isteri Nûh dan isteri Lûth sebagai perumpamaan (contoh)
bagi orang kafir. (Padahal) keduanya berada di bawah pengawasan dua hamba dari
hamba-hamba Kami yang shalih. Lalu kedua isteri itu berkhianat kepada kedua
suaminya, maka kedua suaminya tidak dapat menolong mereka sedikit pun dari
(siksa), dan dikatakan (pada keduanya): "Masuklah ke dalam Neraka bersama
orang-orang yang masuk".
Ayat ini menegaskan bahwa wanita sangat berpotensi
melakukan kekufuran atau pengkhianatan, meskipun ia isteri seorang nabi.
Padahal, sebagaimana kita ketahui, para nabi adalah manusia-manusia yang
sempurna dalam segala hal; tentunya termasuk dalam soal kepemimpinan dalam
rumah-tangga. Kemudian dalam ayat berikutnya Allâh
berfirman:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ
قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا
فِي الْجَنَّةِ وَ نَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَ عَمَلِهِ وَ نَجِّنِي مِنَ
الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ
Artinya :
Dan Allâh telah menjadikan isteri Fir'aun
sebagai perumpamaan (contoh) bagi orang-orang yang beriman; tatkala ia berdo'a:
"Wahai Rabb-ku, bangunkanlah untuk-ku sebuah rumah di Sorga, dan
selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari
kaum yang zhalim".
(Surah At-Tahrîm
(66):11)
Al-Imâm Qurthubî mengatakan do'a ini diucapkan oleh isteri Fir'aun
yang bernama Âsiyah
ketika ia disiksa oleh Fir'aun karena ketahuan beriman kepada Nabi Mûsâ a.s.
Tangan dan kakinya diikat jadi satu, dan dalam satu riwayat ia dirajam oleh
Fir'aun dan kaumnya sampai mati. Ketika menjalani siksaan itulah ia memanjatkan
do'a ini.
Ayat ini menegaskan betapa wanita memiliki daya tahan
dalam menjalani penderitaan dalam mempertahankan keimânan kepada Allâh.
Padahal ia -- sebagai isteri seorang raja -- telah mendaptakan kekayaan,
perhiasan, kehormatan dan semua kesenangan dunia yang didambakan oleh umumnya
kaum wanita. Namun, karena imânnya yang
kuat kepada Allâh, ia rela
melepaskan itu semua, bahkan ia rela disiksa demi mempertahankan keimanannya.
Begitu-juga Maryam, ibunda Nabi 'Îsâ a.s.,
sebagaimana disebutkan dalam ayat berikutnya:
وَ مَرْيَمَ بْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِيْ أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا
فَنَفَخْنَافِيْهِ مِنْ رُوْحِنَا وَ صَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَ كُتُبِهِ وَ
كَانَتْ مِنَ الْقَانِتيْنَ
Artinya :
Dan Maryam, puteri 'Imrân yang memelihara kehormatannya,
maka kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan ia
membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-Kitab-Nya. Dan ia termasuk
orang-orang yang taat.
(At-Tahrîm (66):12)
Ayat ini menegaskan betapa berat cobaan yang dialami
Maryam, seorang wanita yang terkenal di kalangan kaumnya sebagai wanita solehah,
puteri dari 'Imrân yang
selalu menjaga kehormatan, menghindar dari pergaulan bebas. Namun, ia harus
menjalani taqdir, hamil atas kehendak Allâh.
Namun, ia rela menjalani ujian itu sehingga Allâh
menetapkannya sebagai hamba-hamba Allâh
yang taat.
Kontribusi Wanita Sholehah / Sholehah
Wanita Sholehah adalah puncak kesenangan dunia,
sebagaimana sabda Rasûlullâh saw. dalam sebuah hadits:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَ خَيْرُ مَتَاعِهَا
الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
Artinya :
"Dunia itu semuanya
menyenangkan, dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita sholehah".
(H.R. Muslim. Lihat Riyâdhush-Shâlihîn)
Ini suatu penegasan dari Rasûlullâh saw.
bahwa kehadiran seorang wanita sholehah dalam sebuah keluarga senantiasa
membawa kesenangan terhadap suami, anak-anak dan semua keluarga. Ini
menunjukkan betapa posisi wanita sangat signifikan atau sangat menentukan
baik-buruknya sebuah keluarga. Bahkan, dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Rasûlullâh saw. berkata
:
مَنْ رَزَّقَهُ اللَّهُ امْرَأَةً صَالِحَةً , فَقَدْ أَعَانَهُ عَلَى
شَطْرِ دِيْنِهِ , فَلْيَتَّقِ اللَّهَ
فِي الشَّطْرِالثَّانِي
Artinya
:
"Barang-siapa yang di
beri Allâh rezeki
berupa isteri yang sholehah, maka sungguh Allâh
telah menolongnya mendapat separoh dari agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa
kepada Allâh untuk
memperoleh yang separohnya".
(H.R. Ath-Thabrânî dan Al-Hâkim.
Lihat Al-Ahâdîtsush-Shahîhah
oleh Syaikh Al-Albânî jilid II hal. 200)
Ada 2(dua) hal yang perlu
diperhatikan dari hadits ini; Pertama: Isteri sholehah adalah
rezeki Allâh.
Kedua: Betapa beruntungnya seorang laki-laki yang diberi rezeki berupa
isteri sholehah, karena -- dengan keberadaan isteri sholehah -- berarti ia
dibantu Allâh untuk
memperoleh separoh dari kesempurnaan agama. Dengan kata-lain, ia telah
mendekati ketaatan atau keimanan yang sempurna. Ia tinggal melanjutkan proses
penyempurnaannya dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Allâh. Inilah kontribusi terbesar yang hanya dapat
diberikan oleh isteri sholehah. Jadi, wajar kalau Rasûlullâh saw.
memerintahkan kaum laki-laki dari umatnya untuk berusaha memperisteri wanita sholehah
sebagaimana sabda Beliau:
لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا , وَ لِسَانًا ذَاكِرًا , وَ
زَوْجَةً مُؤْمِنَتًا تُعِيْنُ أَحَدَكُمْ
لأَمْرِآخِرَتِهِ
Artinya :
"Hendaklah kalian
berusaha memiliki hati yang -- senantiasa -- bersyukur, memiliki lisan yang --
senantiasa -- berdzikir dan memperoleh isteri yang sholehah, yang selalu
membantu kalian dalam perkara akhirat".
(H.R. Ahmad, At-Tirmidzî
dan Ibnu Mâjah. Lihat
Al-Fathul-Kabîr juz V
hal. 82 no.: 5231)
Hadits ini menegaskan, bahwa isteri sholehah akan
selalu membantu atau mendorong suaminya melakukan perkara-perkara keakhiratan.
Dengan kata-lain, ia tidak akan mendorong suami berbuat curang, korupsi, k.k.n.
dsb. Wanita sholehah semacam inilah yang mampu membentuk keluarga sakinah.
Sebaliknya, wanita atau isteri yang
jahat, akan memberikan mudharat terhadap suami, sebagaimana disebutkan dalam
sebuah hadits:
ثََلاَثٌ يَدْعُوْنَ اللَّهَ عَزَّ وَ جَلَّ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَهُمْ :
رَجُلٌ كَانَتْ تَحْتَهُ امْرَأةٌ
سَيِّئَةُ الْخُلُقِ فَلَمْ يُطَلِّقْهَا.....
Artinya :
"Ada tiga macam orang
yang berdo'a kepada Allâh Yang
Maha Mulia dan Maha Agung, namun tidak dikabulkan. Pertama: Seorang laki-laki
yang memiliki isteri yang buruk perangainya, dan ia tidak
menceraikannya................".
(H.R. Al-Hâkim. Lihat
Al-Fathul-Kabîr juz III
hal. 75 no.: 3070)
Jadi, isteri yang buruk perangai
atau akhlaqnya akan menjadi penghalang bagi do'a sang suami. Alangkah
sengsaranya seseorang yang do'anya tidak dikabulkan Allâh.
Sifat-Sifat Wanita Sholehah
Wanita sholehah memiliki sifat-sifat yang khusus,
sebagaimana disebutkan Allâh SWT.
dalam Al-Qur-ân:
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظ اللَّهُ
Artinya
:
"Maka wanita yang shalih
ialah yang taat kepada Allâh, lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allâh telah memelihara mereka...".
(Surah An-Nisâ'
(4):34)
Dalam salah sebuah hadits, Rasûlullâh saw.
menyebutkan secara terperinci sifat-sifat wanita atau isteri yang sholehah.
Sabda Beliau:
خَيْرُ النِّسَاءِ مَنْ
تُسِرُّكَ إِذَا أَبْصَرْتَ , وَ تُطِيْعُكَ إِذَا أَمَرْتَ , وَ تَحْفَظُ غَيْبَتَكَ فِي نَفْسِهَا وَ مَالِكَ
Artinya :
"Sebaik-baik isteri
ialah yang menyenangkan-mu ketika engkau menatapnya, mematuhi-mu ketika engkau
perintah; dan ketika engkau pergi, ia menjaga kehormatan-mu, yaitu dengan
menjaga dirinya dan juga harta-mu".
(H.R. Ath-Thabrânî. Lihat Al-Fathul-Kabîr
juz III hal. 126 no.: 3294)
Inilah 3(tiga) sifat wanita sholehah:
1- Menyenangkan atau menimbulkan rasa senang suaminya ketika
menatapnya. Ini mencakup aspek penampilan dan berkomunikasi.
2.- Patuh atau taat
ketika diperintah suaminya.
3.- Menjaga kehormatan suaminya, yaitu ketika suaminya
pergi, ia tidak melakukan perbuatan yang meruntuhkan kehormatan suami.
4.- Mampu menjaga
harta suaminya.
Ada satu hal yang perlu
diketahui, bagaimana pun sholehahnya seorang wanita, bila berada di bawah
kepemimpinan suami yang tidak becus, tidak memiliki pengetahuan agama, tidak
mampu membina dan menasihati isterinya, maka akan sia-sialah potensi wanita
itu.
Dengan kata-lain, potensi keshalihan seorang wanita
hanya dapat berkembang dengan baik apabila berada di bawah kepemimpinan suami
yang baik pula. Allâh telah
menyebutkan hal ini dalam surah An-Nisâ'
(4):34:
الرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاءِ........
Artinya
:
"Laki-laki itu adalah
pemimpin bagi perempuan".
Kata Qawwâmûn (قوامون)
dalam ayat ini berasal dari kata Qawwâm
(قوام) dari segi bahasa Artinya :
الْمُتَكَفِّلُ بِاْلأَمْرِ
Artinya
:
"Yang bertanggung
jawab terhadap segala urusan".
Jadi, menurut ayat di atas, laki-laki dalam hal ini
suami, bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua persoalan isterinya, baik
yang berkaitan dengan soal material maupun spiritual. Dengan, kata-lain,
seorang suami harus mampu menegakkan fungsi kepemimpinannya terhadap isterinya
sesuai dengan kewajiban yang dibebankan Allâh
kepadanya (Wallâhu a'lam).
Terimakasih sudah berbagi info mengenai sikap wanita sholehah | salam kenal & sukses selalu
BalasHapusMateri yang sangan bagus...
BalasHapusBagus sngt jelas lagi
BalasHapus