Tuntunan Agama Islam
Arti Khusyu' Dalam Shalat Dan Cara Mencapainya
Tuntunan Agama Islam - Khusyu'
dalam shalat merupakan salah satu tanda orang yang berimân kepada Allah SWT,
sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Mu'minûn
ayat 1 dan 2:
قَدْ أَفْلَحَ
الْمُؤْمِنُوْنَ ، الَّذِيْنَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُوْنَ
Arinya:
"Sungguh berbahagialah
orang-orang yang berimân. (Yaitu)
orang-orang yang khusyû dalam
shalatnya".
Ayat ini secara tegas
menyatakan, betapa berbahagianya orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang melaksanakan shalat dengan
khusyû'. Namun sayang, masih banyak di antara
kaum Muslimîn yang
belum memahami arti khusyû'
dan bagaimana upaya untuk bisa meraihnya.
Baik. Kita coba kupas...
Baik. Kita coba kupas...
Khusyû' (خُُُشُوْع) berasal dari kata Khasya'a ( خَشَع )
yang artinya dari segi bahasa:
َتَطَأَمَنَ وَ ذَلَّ وَ خَضَعَ
Artinya :
"Tunduk, merendah dan
menyerah".
Namun, yang dimaksud
di sini bukan arti secara lahiriyah, akan tetapi tunduk, merendah dan menyerah
secara bathiniyyah; yaitu tunduk, merendah dan menyerahnya hati atau qalbu. Kenapa? Karena khusyû' itu
tempatnya di dalam hati, sebagaimana ditegaskan oleh Al-Imâm Al-Qurthubî:
وَ الْخُشُوْعُ مَحْلُهُ الْقَلْبِ
Artinya :
"Adapun khusyû' tempatnya di dalam hati".
(Tafsîr
Al-Qurthubî jilid VI
hal. 414)
Jadi, shalat yang
khusyû' adalah shalat yang dilakukan
penghayatan yaitu dengan menghadirkan hati yang tunduk, merendah dan menyerah
sepenuhnya kepada Allâh. Dan ini
tidak mungkin dicapai kecuali dengan memahami arti dari bacaan yang dibaca
dalam shalat dan juga dengan pelaksanaan shalat yang sesuai dengan tuntunan
Sunnah Rasûlullâh saw. Untuk itu seorang muslim/muslimah harus
benar-benar serius mempelajari tata-cara shalat Rasûlullâh saw.
melalui hadits-hadits yang shahîh atau
kitab-kitab yang memang membahas soal
tersebut dengan cermat.
Akan tetapi perlu
diketahui, meskipun seseorang sudah mengerti arti bacaan-bacaan yang dibaca
dalam shalat dan juga sudah berupaya melaksanakannya sesuai dengan petunjuk Rasûlullâh saw.,
namun tetap sulit untuk mencapai ke-khusyû'an
yang sempurna, karena syatihân terus
menerus mengganggunya ketika ia shalat, sebagaimana disebutkan oleh Rasûlullâh saw.:
َحَتَّى إِذَا قُضِيَ التَّثْوِيْبُ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطُرُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَ نَفْسِهِ يَقُوْلُ
لَهُ:أذْكُرْ كَذَا وَ اذْكُرْ كَذاَ لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ مِنْ
قَبْلُ ، حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ مَا
يَدْرِي كَمْ صَلَّى
Artinya :
"...Sehingga ketika
selesai qamat, syaithân pun
datang lagi, kemudian ia membisik-bisikkan kepada seseorang -- yang sedang
shalat -- , yaitu ke dalam hatinya. Syaithân
berkata kepada orang itu: "Ingatlah ini, ingatlah itu". -- Dibisikkannya -- apa saja yang tidak
diingat orang itu sebelumnya, sehingga orang itu tidak tahu lagi sudah berapa
raka'at shalatnya".
(H.R. Muslim. Lihat Syarah Muslim juz IV hal. 91)
Kita semua tentu sering mengalami
hal seperti ini, yaitu kita lupa sudah berapa raka'atkah shalat yang kita
kerjakan. Ini membuktikan adanya gangguan syaithân
sebagaimana disebutkan oleh hadits di atas. Jadi bagaimana meraih khusyû' dalam shalat?
Sebagian orang mengatakan, bahwa
khusyû' dalam shalat hanya bisa diraih
oleh orang-orang yang memiliki hati yang khusyû'
di luar shalat; yaitu hati yang yakin akan berjumpa dengan Allâh dan akan kembali kepada-Nya, sebaimana firman Allâh:
الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ أَنَّهُمْ مُلاَقُوْا رَبِّهِمْ وَ أَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
Artinya :
"(Yaitu) orang-orang
yang yakin sesungguhnya mereka akan berjumpa dengan Rabb mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali
kepada-Nya".
(Surah Al-Baqarah (2):45)
Al-Imâm Ibnu Katsîr
berkata dalam "Tafsîrnya"
tentang mereka yang disebut dalam ayat ini:
"Mereka mengerti,
bahwa mereka akan dikumpulkan pada hari qiyamat, dan semua persoalan mereka
akan dikembalikan kepada kehendak Allâh,
dan Dia akan memberi keputusan sesuai dengan keadilan-Nya. Jadi, apabila
manusia telah meyakini akan hari qiyamat sebagai hari pembalasan, akan mudahlah
bagi mereka melaksanakan keta'atan -- kepada Allâh
-- dan meninggalkan semua perbuatan munkar (kemunkaran)".
Mereka yang seperti inilah yang
dapat meraih ke-khusyû'an dalam
shalatnya. Jadi, orang yang hatinya masih setengah-setengah keyakinannya pada
akhirat, apalagi masih sangat cenderung terhadap kehidupan dunia, sulitlah
baginya untuk meraih ke-khusyû'an dalam
shalat.
(Wallâhu A'lam)
Terimakasih,,,sangat membantu
BalasHapusTerimakasih,,,sangat membantu
BalasHapusTerima kasih sangat dan membantu
BalasHapusSudah saatnya kita MEMBACA, bukan MELAFAL... :)
BalasHapusTerima kasih, mudah²an bermanfa'at.
BalasHapussukron ...atas ilmunya
BalasHapusterimakasih atas penjelasannya, semoga selalu istiqamah dalam memberikan ilmu2 yang bermanfaat.
BalasHapusterimakasih atas penjelasannya, semoga selalu istiqamah dalam memberikan ilmu2 yang bermanfaat.
BalasHapus